Global Youth Summit (GYS) 2010
21-26 November 2010 di London, Inggris
1 minggu bersama 60 Global Changemakers dari 37 negara? Saling berbagi pengalaman dan informasi? Bertemu dengan sejumlah tokoh inspirasional? Berdiskusi tentang apa yang dapat dilakukan bersama untuk dunia yang lebih baik? Dan sedikit mencicipi London saat bersuhu -3° C?
Itulah yang saya alami pada tanggal 21-26 November 2010 di London, Inggris saat diselenggarakannya event Global Youth Summit (GYS) 2010 oleh British Council.
Kenapa bisa ada di sana?
Beberapa bulan yang lalu, saya mendapatkan informasi tentang seleksi Global Changemaker angkatan 2010 oleh British Council di website www.global-changemakers.net. Saya ikuti proses seleksinya, meliputi: pengiriman aplikasi pendaftaran di mana saya harus menjawab sejumlah pertanyaan (khususnya mengenai aktivitas yang sudah saya lakukan selama ini), video profil, dan wawancara. Hingga akhirnya saya terpilih untuk mewakili Indonesia, bergabung bersama 59 anak muda lainnya, yang berasal dari 37 negara, dari 1600 pendaftar di seluruh dunia, dan berhak mengikuti Global Youth Summit yang dilaksanakan di London pada akhir November 2010.
Global Changemakers adalah sebuah komunitas aktivis muda, relawan dan social entrepreneur, yang menyatukan orang dari 100 negara, tempat untuk berbagi pengalaman, membangun keterampilan, serta menjadi gerbang berbagai kesempatan untuk mengembangkan potensi dan passion yang dimiliki oleh anggotanya. Para Global Changemakers berada di garis depan dalam menjalankan berbagai proyek inovatif di komunitas mereka, menjadi bagian dari solusi persoalan global, dan menjadi masa depan dunia ini.
Lalu ngapain aja di sana?
Selama kegiatan Global Youth Summit, saya belajar banyak hal khususnya bagaimana mengelola sebuah project. Tidak hanya dari sisi perancangan ide, dan pelaksanaannya saja, tetapi juga belajar bagaimana memasarkan ide dan menjadikannya sebagai sebuah produk yang menarik, hingga proses monitoring dan evaluasi. Saya juga belajar bagaimana mengembangkan kapasitas personal, seperti kemampuan negosiasi, public speaking, kepemimpinan, kewirausahaan sosial, dll. Kegiatan ini juga memberikan ruang bagi saya untuk mendapatkan inspirasi dan bertukar pikiran dengan sejumlah social entrepreneurs yang telah sukses dalam membawa perubahan bagi komunitasnya. Seperti: Caroline Casey (Pendiri dan CEO Karachi, dan O2 Ability Awards), Pamela Hartigan (Penulis The Power of Unreasonable People), World Bank Instititue, British Council, InterAct Interfaith Action, UK Youth Climate Champion, dll.
Kami juga dipersiapkan untuk menghasilkan berbagai proyek kolaboratif yang dilakukan secara global (internasional) untuk meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai isu-isu global yang menjadi tantangan kita saat ini, serta community action project yang menjadi aktivitas kita untuk mengembangkan komunitas dan aktivitas kita di tingkat lokal.
Itu Saja?
Tentu tidak, hal paling berharga yang saya temui dari kegiatan ini adalah kesempatan untuk bertukar pengalaman dan best practices diantara para Global Changemakers. Semangat, keingintahuan yang tinggi, kerja keras, dan capaian setiap Global Changemaker jelas menjadi inspirasi bagi saya pribadi.
Misalnya Ammie Wolf (Israel), peraih Volunteering Price Award di negaranya dengan mengembangkan berbagai kegiatan kreativitas bagi gadis Israel dan Palestina untuk mewujudkan perdamaian diantara kedua Negara. Hamish Mckenzie (Australia) yang baru saja kembali dari Nepal untuk melakukan kegiatan kerelawanan dan membantu masyarakat di sana. Jenneh (Sierra Leonne) yang melakukan kampanye mengenai hak-hak asasi manusia, dan mengambangkan potensi anak-anak dan perempuan di negaranya. Leo (China) yang menggunakan fashion sebagai upaya penggalangan dana dan meningkatkan kepedulian masyarakat Singapura untuk lingkungan hidup. Trevor (Amerika), seorang jurnalis muda, dimana berbagai laporannya telah ditayangkan oleh CNN International, dan akun nya di Youtube telah diakses jutaan orang.
Mereka adalah segelintir orang yang saya temui, yang melakukan berbagai perubahan sesuai dengan minatnya masing-masing. Mereka adalah anak muda biasa, sebaya kita. Terlahir bukan dari keluarga bangsawan, atau keluarga kepala Negara. Tapi masalah-masalah yang ada di sekitarnya, memanggil mereka untuk melakukan sesuatu. Mereka tidak langsung mencapai sukses dalam mengelola kegiatannya (atau bahkan belum sukses), mereka memulainya dari langkah pertama, dan telah menghadapi berbagai tantangan dan kegagalan. Mereka tidak takut untuk gagal, dan menjadikan setiap proses dalam hidupnya sebagai pijakan untuk melangkah ke pijakan yang lebih tinggi.
Saya juga mendapatkan kesempatan untuk sedikit mencicipi London, dan melhat rupa kota yang telah menjadi impian saya sejak kecil. Lagi-lagi, pengalaman mengunjungi Negara lain, membuat saya belajar (lagi) tentang betapa uniknya segala hal di dunia ini, khususnya tentang penduduk dan gaya hidupnya yang beragam.
Kesempatan ini tentu menjadi bekal berharga bagi saya dalam mengembangkan aktivitas sosial saya, dan juga meningkatkan kapasitas personal saya untuk lebih powerful dalam membawa perubahan di negeri ini. Tentu perubahan bukan hal yang bisa didapat dalam sekejap, tapi butuh waktu. Bahkan, seorang Marthin Luther yang menyampaikan pidato luar biasa mengenai mimpi dan perubahan pada tahun 1963, butuh waktu lebih dari 40 tahun hingga Obama dating (bahkan perubahan itu belum didapat sepenuhnya). Tapi perubahan tidak akan pernah datang jika tidak ada langkah pertama, dan itu yang kini sedang saya tempuh. Long way to go!
writed by: iman usman (Penulis saat ini adalah mahasiswa semester 3 di Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Indonesia. Saat ini, penulis aktif sebagai Presiden organisasi Indonesian Future Leaders, Penasehat Muda United Nations Population Fund, Duta Muda ASEAN-Indonesia, dan Konsultan untuk sejumlah proyek.)
Dokumentasi: Andrea (Global Changemaker: Korea), Iman
You Might Also Like :
2 komentar:
Saya kira kamu yang kesitu dan ini adalah catatan Diary kamu saat disitu. He,.. :-p
alhamdullah semoga dilain kesempatan saya bisa kesana dengan membawa Indonesia untuk lebih baik lagi.
Iya memang buka saya yang mengikuti konferensi tingkat tinggi itu. Tetapi salah satu dari relawan Indonesia Future Leader yaitu Iman Usman.. Memang beliaulah yang lebih pantas untuk mengemban misi ini. Thanks.
Posting Komentar